Limapuluh Kota || Di tengah riuhnya pemuda yang berlomba mengejar kursi dan jabatan, sosok Al Khori Rezki, S.H. justru memilih langkah berbeda. Meski dukungan dari senior dan rekan sejawat terus mengalir untuk mendorongnya maju sebagai Ketua KNPI Kabupaten lima puluh kota, ia menegaskan tak ingin terjebak dalam euforia jabatan.
Bagi dia, pemuda itu bukan soal posisi yang terpenting adalah sejauh mana kita memberi manfaat, menginspirasi, dan membangun pengaruh positif di tengah masyarakat.
AlKhori sendiri telah mengabdi di KNPI sejak 2016, saat ia masih berseragam putih abu-abu. Bahkan kala itu ia menjadi anggota termuda DPD KNPI 50 Kota Pada 2018.
Alkhori juga pernah dipercaya menduduki jabatan Wakil Sekretaris KNPI Provinsi Sumatera Barat di bawah pimpinan Fadly Amran Walikota Padang saat ini. Bahkan pada tahun 2019 ia juga sudah di gadang-gadang untuk maju sebagai calon ketua DPD KNPI 50 Kota. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Pimpinan Cabang Sapma Pemuda Pancasila Kabupaten Lima Puluh Kota, serta menjadi salah satu Menteri di BEM KM Universitas Andalas (UNAND) 2020.
Kiprahnya tak hanya di daerah saja, ia menembus panggung nasional, di antaranya pernah menjadi orator di depan Istana Negara, menyuarakan aspirasi rakyat bersama BEM Seluruh Indonesia.
AlKhori bukanlah pemuda yang lahir dari panggung siap pakai. Ia berjalan tanpa privilege keluarga, tanpa tumpangan nama besar bapak, dan tanpa tiket emas jalan pintas.
“Saya berjuang dengan kaki saya sendiri, dari nol, setapak demi setapak. Saya bukan tipe yang mendaki dengan meniti bahu nama besar orang tua.”ujarnya.
Dikenal sebagai sosok yang mudah bergaul, AlKhori memiliki jaringan relasi yang luas, mencakup politisi, akademisi, pengusaha, dan komunitas akar rumput. Di luar itu, ia juga produktif dalam bidang keilmuan yang ia tekuni yaitu bidang Hukum.
Di luar arena organisasi, AlKhori juga meninggalkan jejak di ranah akademik. Ia juga aktif di salah satu pusat kajian yang ada di Fakultas Hukum Universitas Andalas, ia juga pernah meneliti di Kalimantan, Jawa, dan Sumatera di bawah bimbingan Prof. Dr. Kurnia Warman, S.H., M.Hum, Ahli Hukum dari Universitas Andalas.
Penelitiannya tak berhenti di ruang seminar kampus, tetapi menjadi rujukan dalam forum-forum nasional, memperkaya diskusi kebijakan publik.
Rekam jejak itu membawanya dipercaya oleh Mayjend (Purn) Djasri Marin, teman satu angkatan Presiden Prabowo dan juga mantan Danpuspom TNI sekaligus Staf Khusus Menko Kesra. Sejak beberapa tahun terakhir, ia dipercaya mendampingi sang jenderal tersebut.
Meski tak memprioritaskan pencalonan Ketua KNPI, AlKhori tetap menghargai dukungan yang datang.
“Saya berterima kasih kepada senior dan kawan-kawan atas kepercayaan ini. Kehormatan ini akan saya jawab dengan kontribusi saya, di jalur yang lain, KNPI hanya salah satu jalan untuk berkontribusi bukan satu-satunya jalan,” katanya.
Sosok yang mengidolakan Tan Malaka ini juga mengatakan jabatan hanyalah alat, sedangan influence kita adalah warisan.
“Jabatan bisa berakhir, tetapi manfaat dan jejak yang kita tinggalkan akan terus hidup. Saya ingin dikenal bukan karena kursi yang saya duduki, tetapi karena jejak yang saya tinggalkan,” pungkasnya.
Ia bukanlah pemuda yang haus panggung. Bahkan, panggung tak pernah benar-benar menjadi tujuannya. Bagi AlKhori, sorot lampu hanyalah hiasan, bukan sumber nyala.
Ia tak sibuk mengejar kursi di atas panggung, ia membangun merakit panggungnya sendiri. Dari papan sederhana perjuangan, dari tiang-tiang idealisme, ia menegakkan arena tempat ide dan karya bicara lebih lantang daripada sorak penonton.(AF)