Pasaman, — Progres pembangunan pembangkit listrik energi panas bumi (Geothermal) di Bonjol, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat memasuki tahap persiapan Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE) pengeboran oleh PT Medco Geothermal Sumatera (MGSu), Kamis.
Pemerintah Kabupaten Pasaman beserta jajaran langsung turun kelokasi untuk memastikan agar seluruh tahapan progres investasi terbesar didaerah itu berjalan sebagaimana mestinya.
Bupati Pasaman Welly Suhery juga minta seluruh permasalahan yang masih mencuat dalam progres pembangunan pembangkit listrik energi panas bumi Bonjol, agar dievaluasi kembali.
“Coba dirubah pola penangananannya, diklasifikasikan bagaimana seharusnya dan diselesaikan kasus per kasus. Jangan generalkan masalahnya,” kata Welly Suhery.
Prinsipnya kata Welly perusahaan tetap beroperasi, masyarakat jangan ada yang dirugikan atau teraniaya, namun harus tetap mengikuti kaidah hukum yang berlaku.
Dikatakannya, daerah daerah saat ini tengah berupaya menarik investasi masuk ke daerahnya, mengingat dana transferan pemerintah pusat ke daerah, berupa Dana Alokasi Umum maupun Khusus, cendrung berkurang, karena adanya efisiensi dalam porsi APBN.
“Kita butuh investasi masuk ke Pasaman untuk mendukung keberlanjutan pembangunan, namun stabilitas daerah tetap harus kondusif. Untuk itu mohon pengertian dan dukungan semua pihak, jika ada masalah mari kita carikan solusinya bersama. Investor untung, masyarakat juga untung,” harap bupati.
Atas nama pemerintah daerah, Bupati Welly Suhery menyampaikan terimakasih pada PT Medco Geothermal Sumatera, yang sudah berinvestasi di Pasaman.
“Saya sudah bicara dengan Direktur PT Medco dan minta pada saat pelaksanaan proyek nanti, perusahaan harus memprioritaskan tenaga kerja lokal Pasaman, terutama Bonjol,” ujar bupati.
Site Manajer PT Medco Geothermal Sumatera (MGSu) Sigit Widiatmoko, dalam paparan perdananya kehadapan Bupati Welly Suhery, mengungkap bahwa PT MGSu rencananya mulai beroperasi di Bonjol pada tahun 2019. Namun karena kasus Covid 19, aktifitas baru dapat dimulai November 2023.
“Di tahun 2023 itu diawali dengan pengambilan data lapangan, kemudian Maret 2024 lanjut ke tahap sosialisasi pembebasan lahan. Dan di Desember 2024 mulai dilaksanakan konstruksi pembangunan jalan ke lokasi pengeboran,” papar Mas Sigit, sapaan popular Site Manager PT MGSu.
Lanjut dikatakan, pada bulan Juni ini, progres masuk ke tahap ‘Parklane’ atau titik awal dilakukanya pengeboran pertama. Pada tahap ini akan diperoleh hasil seberapa besar tekanan uap dan potensi suhu panas bumi yang dihasilkan geothermal Bonjol.
Secara teknis Sigit Widatmoko memproyeksikan, energi panas bumi Geothermal Bonjol dikisaran maksimum 150 derjat celcius, atau tingkat ‘medium low’ (tegangan menengah rendah), dengan kapasitas energi listrik yang dihasilkan hingga 35 Kv (35.000 Volt).
“Energi uap panas inilah yang akan menggerakkan turbin guna menghasilkan listrik. Namun prosesnya masih lama, butuh waktu hingga 7 tahun ke depan, atau sekitar 2032 nanti,” jelasnya.
Menurutnya, pengeboran akan dilakukan di dua lokasi yang direncanakan, yaitu Bonjol 1 (Kampung Tampang) dan Bonjol 3 (Sungai Limau).
“Pembangunan Tapak Sumur sudah dilaksanakan Maret kemaren, termasuk pembangunan kolam pengolahan limbah lumpur hasil pengeboran,” jelas Sigit, sembari mengungkap kedalaman pengeboran pada tahap awal mencapai 1 Km ke dalam perut bumi.
Disisi lain, Kepala DPMPTSP Kabupaten Pasaman, Yusnimar mengatakan nilai investasi oleh perusahaan PT MGSu dalam melaksanakan ekploitasi panas bumi didaerah itu mencapai Rp4 Triliun.
“Nilai investasi sangat besar bagi daerah Kabupaten Pasaman. Sampai pada progres PSPE ini diperkirakan sudah menelan biaya Rp150 miliar,” kata Yusnimar.(*/rb)