Pemerintahan Prancis Runtuh akibat Mosi Tidak Percaya, Presiden Macron Didesak Lengser

- Editor

Kamis, 5 Desember 2024 - 15:34 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PARIS – Sebuah gerakan mosi tidak percaya yang diluncurkan para anggota Parlemen Prancis telah menggulingkan Perdana Menteri (PM) Michel Barnier yang baru tiga bulan menjabat. Tergulingnya PM Barnier otomatis pemerintahannya juga runtuh.

Ini menandai langkah bersejarah yang semakin menjerumuskan negara Eropa itu ke dalam kekacauan politik. Sekarang, para anggota Parlemen mendesak Presiden Emmanuel Macron lengser dan dilakukan pemilihan presiden dini. Untuk pertama kalinya dalam lebih dari 60 tahun, Majelis Nasional atau Parlemen menggulingkan pemerintah yang sedang berkuasa, menyetujui mosi tidak percaya yang telah diusulkan oleh kubu sayap kiri yang keras dan didukung oleh kubu sayap kanan pimpinan Marine Le Pen.

Penggulingan cepat PM Barnier dari jabatannya terjadi setelah Pemilu Parlemen dadakan musim panas ini yang mengakibatkan Parlemen yang tidak memiliki mayoritas suara dan tidak ada satu partai pun yang memiliki suara mayoritas serta kubu sayap kanan memegang kunci kelangsungan hidup pemerintah.

Presiden Emmanuel Macron sekarang memiliki pilihan yang tidak mengenakkan untuk memilih pengganti yang layak dengan sisa masa jabatan presidennya lebih dari dua tahun. Majelis Nasional memperdebatkan mosi yang diajukan oleh kubu sayap kiri dalam kebuntuan mengenai anggaran penghematan tahun depan, setelah PM Barnier pada hari Senin memaksakan rancangan undang-undang (RUU) pembiayaan jaminan sosial tanpa pemungutan suara.

Baca Juga :  China's Growing Influence in International Politics: Implications for the World Order

Dengan dukungan kubu sayap kanan, mayoritas 331 anggota Parlemen di majelis yang beranggotakan 577 orang memilih untuk menggulingkan pemerintah. Ketua Majelis Nasonal Yael Braun-Pivet mengonfirmasi bahwa Barnier sekarang harus “mengajukan pengunduran dirinya” kepada Macron dan menyatakan sidang ditutup.

Macron terbang kembali ke Paris tepat sebelum pemungutan suara setelah menyelesaikan kunjungan kenegaraan tiga harinya ke Arab Saudi, yang tampaknya ingin menjauh dari krisis politik dalam negeri.

Dia berjalan-jalan pada hari Rabu pagi melalui padang pasir di oasis Al-Ula, proyek wisata ikonik Kerajaan Arab Saudi, sambil mengagumi bangunan-bangunan bersejarah. Setelah mendarat di negaranya, dia langsung menuju Istana Elysee.

Pada hari Selasa, Macron menuduh kubu sayap kanan pimpinan Marine Le Pen bersikap “sinisme yang tak tertahankan” saat mendukung usulan mosi tidak percaya tersebut. Tidak ada Pemilu baru yang dapat diadakan dalam waktu satu tahun sejak pemungutan suara musim panas lalu, sehingga mempersempit pilihan Macron. Laurent Wauquiez, kepala deputi kubu sayap kanan di Parlemen, mengatakan kubu sayap kanan dan sayap kiri bertanggung jawab atas mosi tidak percaya yang akan “menjerumuskan negara ke dalam ketidakstabilan”.

Baca Juga :  Presiden Korea Selatan Sempat Deklarasi Darurat Militer, Apa Itu Darurat Militer?

Beberapa pihak menyarankan Macron sendiri harus mengundurkan diri untuk memecah kebuntuan. Namun Macron menolak seruan tersebut, dengan mengatakan skenario seperti itu sama saja dengan “fiksi politik”. “Terus terang tidak pantas mengatakan hal-hal ini,” kata Macron saat perjalanan ke Arab Saudi. Eric Coquerel, seorang anggota Parlemen berhaluan kiri garis keras, mengatakan mosi tidak percaya terhadap PM Barnier menandakan “lonceng kematian mandat Emmanuel Macron”.

Dengan pasar yang gelisah dan Prancis bersiap menghadapi aksi mogok sektor publik atas ancaman pemotongan anggaran yang akan menutup sekolah dan mengganggu lalu lintas udara dan kereta api, ada rasa krisis yang semakin meningkat. Serikat pekerja telah menyerukan pegawai negeri, termasuk guru dan pengawas lalu lintas udara, untuk mogok kerja pada hari Kamis atas langkah-langkah pemotongan biaya terpisah yang diusulkan oleh kementerian masing-masing pada musim gugur ini.

Berita Terkait

Rusia Rilis Korban Sementara Akibat Gempa dan Tsunami, 42 Tewas dan 18 Hilang
Berikut Daerah dan Negara yang Terdampak Tsunami Rusia, Gelombang Sampai ke Alaska
Kunjungan Wisman ke Sumbar pada Mei 2025 Naik, Wisnus Turun
Revitalisasi Surau: Pendidikan Islam Tradisional Minangkabau dalam Bayang-Bayang Modernisasi
Gencatan Senjata Langkah Penting Pulihkan Situasi Kemanusiaan di Palestina
Takluk 1-0 dari Filipina, Indonesia Gagal Lolos Semifinal Piala AFF 2024
Prediksi Hasil Vietnam vs Indonesia di Piala AFF 2024
Presiden Korea Selatan Sempat Deklarasi Darurat Militer, Apa Itu Darurat Militer?

Berita Terkait

Rabu, 30 Juli 2025 - 21:37 WIB

Rusia Rilis Korban Sementara Akibat Gempa dan Tsunami, 42 Tewas dan 18 Hilang

Rabu, 30 Juli 2025 - 15:18 WIB

Berikut Daerah dan Negara yang Terdampak Tsunami Rusia, Gelombang Sampai ke Alaska

Selasa, 1 Juli 2025 - 22:58 WIB

Kunjungan Wisman ke Sumbar pada Mei 2025 Naik, Wisnus Turun

Minggu, 29 Juni 2025 - 22:07 WIB

Revitalisasi Surau: Pendidikan Islam Tradisional Minangkabau dalam Bayang-Bayang Modernisasi

Sabtu, 18 Januari 2025 - 23:21 WIB

Gencatan Senjata Langkah Penting Pulihkan Situasi Kemanusiaan di Palestina

Berita Terbaru

Padang

UNAND Gelar UNANDRun 2025, Tawarkan Hadiah Hinga Rp72 Juta

Minggu, 10 Agu 2025 - 21:41 WIB